Fatihunnada Kolomnis
Lebaran di Indonesia identik dengan peningkatan pengeluaran untuk mudik, rekreasi, dan makan bersama, yang sering ditopang oleh THR. Namun, penting untuk mengantisipasi dan mengendalikan keuangan pasca-Lebaran agar terhindar dari stres finansial.
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ. القَائِلِ فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًاۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِه اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ. (يوسف: ٤٧-٤٩). وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُصَلُّونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Dalam kondisi bahagia dan berlimpah rezeki, manusia sering lupa untuk mengatur diri. Hal ini juga dialami oleh umat Islam yang sedang berbahagia merayakan hari raya Idul Fitri dan mendapatkan THR, sehingga menghabiskan uang lebih banyak di saat lebaran untuk keperluan mudik, rekreasi bersama keluarga, makan bersama keluarga, dan lain sebagainya. Hal ini yang harus dikendalikan setelah periode lebaran berakhir, sehingga dapat tetap menjaga stabilitas keuangan keluarga.
Dalam konteks manajemen keuangan, Al-Qur’an telah memberikan contoh dalam beberapa ayat, termasuk dalam ayat yang mengisahkan cara Nabi Yusuf untuk memberikan pola pengelolaan keuangan di masa panen dan paceklik. Hal ini diabadikan Allah dalam Yusuf, ayat 47-49:
قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًاۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِه اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ. ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ
Artinya: “(Yusuf) berkata, ‘Bercocoktanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit (paceklik) yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. Setelah itu akan datang tahun, ketika manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).’”
Kisah ini memberikan gambaran bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan sebagai pedoman untuk manusia dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk ekonomi. Hal ini ditegaskan Syekh Asy-Sya’rawi dalam al-Khathir atau at-Tafsirusy Sya’rawi, juz 11, halaman 6977:
وَالحِفْظُ فِي السَّنَابِلِ يُعلِّمُنَا قَدْرَ القُرْآنِ، وَقُدْرَةَ مَنْ أَنْزَلَ القُرْآنَ سُبْحَانَهُ، وَمَا آتَاهُ اللهُ جَلَّ عَلَاهُ لِيُوْسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ مِنْ عِلْمٍ فِي كُلِّ نَوَاحِي الحَيَاةِ، مِن اقْتِصَادٍ وَمُقَوِّمَاتِ التَّخْزِيْنِ، وَغَيْرِ ذَلِكَ مِنْ عَطَاءَاتِ اللهِ
Artinya, “Perintah Nabi Yusuf untuk menyimpan hasil panen gandum menjelaskan keunggulan Al-Qur’an, kekuasaan Allah yang menurunkan Al-Qur’an, dan apa yang Allah berikan kepada nabi Yusuf berupa pengetahuan seluruh aspek kehidupan manusia bidang ekonomi, pengelolaan penyimpanan makanan, dan lain sebagainya dari anugerah Allah.”
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Kisah ini juga menjelaskan cara pengelolaan keuangan dengan cara memperhitungkan kebutuhan hidup jangka pendek dan jangka panjang, sehingga dapat mengatur dan membatasi pengeluaran jangka pendek, terlebih lagi pada sesuatu yang bukan merupakan kebutuhan utama.
Manusia banyak dikalahkan dengan gengsi dalam gaya hidup, sehingga rela mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak penting. Pendapatan yang meningkat ternyata tidak disertai dengan peningkatan kualitas hidup jangka panjang karena hanya memikirkan kualitas hidup jangka pendek. Oleh karena itu, mengelola stabilitas finansial dengan cara menabung adalah salah satu yang harus dilakukan.
Hal ini senada dengan perintah Nabi yang terekam dalam hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, juz 4, halaman 7:
أَمْسِكْ عَلَيْكَ بَعْضَ مَالِكَ، فَهُوَ خَيْرٌ لَكَ
Artinya, “Simpanlah sebahagian daripada hartamu untuk kebaikan masa depan kamu, karena itu jauh lebih baik bagimu.”
Perintah ini disampaikan Nabi kepada sahabat ‘Abdullah bin Ka’b yang menyampaikan niatnya untuk menyedekahkan seluruh hartanya dalam rangka bertaubat kepada Allah, sehingga Nabi mencegahnya. Perintah menabung juga bertujuan untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang tidak diharapkan dan membutuhkan alokasi dana yang rutin dikeluarkan, sehingga membutuhkan dana yang tidak bisa dipenuhi dari penghasilan rutin bulanan yang sudah dialokasikan untuk kebutuhan rutin.
Oleh karena itu, mengelola keuangan dengan cermat pasca lebaran kali ini harus dilakukan guna menjaga stabilitas kondisi ekonomi bersama, sehingga tidak mengganggu ketahanan hidup dunia. Jangan sampai terjebak pada kebiasaan gaya hidup saat lebaran, apalagi untuk tujuan Flexing, yaitu memamerkan pencapaian, kekayaan, atau gaya hidup mewah untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan.
Hadirin sidang Jumat yang dirahmati Allah!
Semoga Allah selalu memberikan kekuatan dan petunjuk kepada kita agar dapat mengelola keuangan dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia, sehingga tetap dapat meningkatkan kualitas hidup umat Islam di dunia dan meningkatkan kualitas ibadah untuk bekal di akhirat. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلّٰهِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ بنِ عَبدِ الله وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ المُسْلِمُونَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَاعلَمُوا إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَواْ وَّٱلَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ. قَالَ اللهُ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىِّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي فَلِسْطِيْن وَلُبْنَان وَسَائِرِ العَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ بَلْدَتَنَا اِنْدُونِيْسِيَّا بَلْدَةً طَيِّبَةً وَمُبَارَكَةً وَمُزْدَهِرَةً. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ عِبَادَ اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُم بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْاهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Ustadz Dr. Fatihunnada, Lc., M.A., Dosen Fakultas Dirasat Islamiyyah wal 'Arabiyyah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-jaga-stabilitas-finansial-setelah-lebaran-3muLq
Komentar
Posting Komentar