hadits qunut shubuh Sanadnya tersambung sampai kepada Rasulullah SAW dan para perawinya adalah orang-orang yang terpercaya dan tsiqah. Maka kesimpulan dari mazhab syafi’iy adalah bahwa Qunut dalam sholat shubuh itu hukumnya sunnah. Maka jika tidak dikerjakan justru ini menyalahi sunnah nabi dan menyalahi sifat shalat nabi
Pada umumnya masyarakat kita di indonesia ini adalah termasuk penganut ajaran madzhab syafi’iy dalam masalah fiqih. Baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan akan kita temui beberapa tempat yang masih setia mendalami dan mempelajari fiqih madzhab syafi’iy. Namun banyak juga diantara mereka yang mengaku bermadzhab syafi’iy tapi ya tidak begitu banyak mengerti juga tentang fiqih madzhab syafi’iy. Hal ini disebabkan kurangnya semangat belajar dalam mendalami ilmu fiqih atau memang karena tidak mau tau tentang madzhab syafi’iy itu sendiri secara detail.
Ada beberapa orang yang mungkin dahulu ketika berada ditempat tinggalnya dia selalu menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran madzhab syafi’iy. Misalnya ketika dia sholat shubuh tentu dia akan membaca doa Qunut didalam sholat shubuh. Hal ini tanpa dia sadari bahwa kebiasaan membaca doa Qunut dalam sholat shubuh itu seperti sesuatu yang harus dikerjakan dan diamalkan setiap harinya.
Maka ketika dia berada di lingkungan yang mana masyarakatnya tidak membaca doa Qunut shubuh pasti dia akan kebingungan melihat fenomena tersebut. Dia akan bertanya tanya tentang hukum Qunut dalam sholat shubuh. Bahkan dia ingin tahu lebih dalam lagi mengenai dalil-dalil yang menjelaskan tentang qunut shubuh tersebut. Sebab mungkin dahulu ketika dia belajar fiqih bab sholat tidak dijelaskan secara mendetail tentang hukum qunut dan dalil-dalilnya. Dan karena mungkin yang dia pelajari adalah kitab-kitab fiqih syafi’iy yang isi pembahasannya sangat singkat dan praktis.
Sebenarnya masalah Qunut shubuh ini sudah dijelaskan oleh Al-Imam An-Nawawi di dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab yang jumlahnya ada 27 jilid. Bagi beberapa kalangan mungkin kitab kuning satu ini masih sangat asing sekali. Bahkan kitab ini juga mungkin jarang sekali dikaji atau dipelajari di pesantren-pesantren atau di tempat-tampat kajian fiqih. Jika kita baca kitab karya Al-Imam An-Nawawi tersebut insyaAllah akan kita temukan pembahasan yang sangat luas sekali mengenai qunut shubuh beserta dalil-dalilnya.
Kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab karya Al-Imam An-Nawawi ini disamping sebagai kitab rujukan utama dalam madzhab syafi’iy juga termasuk kitab fiqih muqoron (perbandingan madzhab) yang didalamnya juga disebutkan beberapa pendapat madzhab lainnya seperti madzhab hanafi, maliki dan hanbali.
Dalam artikel ini insyaallah akan kita bahas masalah qunut shubuh versi madzhab syafi’iy beserta dalil-dalil yang digunakan oleh madzhab syafi’iy. Namun sebelumnya kita harus tahu terlebih dahulu bahwa para ulama kita sebenarnya memang berbeda pendapat tentang hukum qunut shubuh. Madzhab hanafi dan hanbali berpendapat bahwa qunut shubuh itu tidak disyariatkan. Bahkan AL-Imam Abu Hanifah mengatakan Qunut shubuh itu bid’ah. Sedangkan madzhab maliki dan syafi’iy berpendapat bahwa qunut shubuh itu hukumnya sunnah.
Al-Imam An-Nawawi Sang Pembela Qunut Shubuh
Di dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab Al-Imam An-Nawawi mengatakan bahwa Qunut shubuh itu hukumnya sunnah. Dan ini adalah pendapatnya sahabat Abu bakr, Umar, Utsman, dan Ali Rodhiyallohu ‘anhum. Berikut ini perkataan beliau dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab juz 3 halaman 504 :
في مذاهب العلماء في إثبات القنوت في الصبح: مذهبنا أنه يستحب القنوت فيها سواء نزلت نازلة أو لم تنزل وبها قال أكثر السلف ومن بعدهم أو كثير منهم وممن قال به أبو بكر الصديق وعمر بن الخطاب وعثمان وعلي وابن عباس والبراء بن عازب رضي الله عنهم رواه البيهقي بأسانيد صحيحة وقال به من التابعين فمن بعدهم خلائق وهو مذهب ابن أبي ليلي والحسن ابن صالح ومالك وداود وقال عبد الله بن مسعود وأصحابه وأبو حنيفة وأصحابه وسفيان الثوري وأحمد لا قنوت في الصبح. ( المجموع, ج : 3, ص : 504
Terjemah : madzhab para ulama dalam penentuan hukum qunut shubuh. Dalam madzhab kami qunut shubuh itu disunnahkan. Baik ketika ada nazilah ataupun tidak terjadi nazilah. Dan ini adalah pendapat sahabat Abu bakr, Umar, Utsman, Ali, ibnu abbas dan Al-Barro’ bin azib Rodhiyallohu ‘anhum. Hal ini diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad yang shohih. Para tabiin juga berpendapat demikian. Dan ini juga pendapat ibnu abi laila, al-hasan bin sholih dan dawud. Sedangkan Abdulloh ibnu mas’ud, Abu Hanifah, Sufyan Ats-tsauri dan Ahmad bi Hanbal mengatakan bahwa tidak ada qunut dalam sholat shubuh.
Selanjutnya Al-Imam An-Nawawi masih dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab terlebih dahulu menyebutkan dalil-dalil yang digunakan oleh madzhab hanafi dan hanbali yang menolak qunut shubuh. Sebenarnya Madzhab hanafi dan hanbali sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab bahwa mereka menggunakan dalil dari hadits nabi yang jumlahnya tidak sedikit yaitu sekitar tujuh buah hadist.
Saya sarankan bagi pembaca untuk menghafal terlebih dahulu dalil-dalil madzhab hanafi dan hanbali dibawah ini diluar kepala. Karena nanti Al-Imam An-Nawawi akan membantah, menghabisi dan menjawab semua dalil-dalil tersebut satu persatu di dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab. Berikut ini dalil-dalilnya madzhab hanafi dan hanbali :
واحتج لهم بحديث
Terjemah : mereka (hanafi dan hanbali) menggunakan hadits yang pertama yaitu:
أنس رضي الله عنه " أن النبي صلى الله تعالي عليه وسلم قنت شهرا بعد الركوع يدعو على أحياء من العرب ثم تركه " رواه البخاري ومسلم
Terjemah : dari Anas rodhiyallohu ‘anhu bahwa nabi Muhammad saw membaca doa qunut selama satu bulan setelah bangun dari ruku’ untuk mendoakan suatu kaum, kemudian beliau meninggalkannya. (HR. Bukhori Muslim)
Dalil yang kedua :
وفى صحيحهما عن أبي هريرة رضي الله عنه " أن النبي صلى الله تعالي عليه وسلم قنت بعد الركوع في صلاته شهرا يدعو لفلان وفلان ثم ترك الدعاء لهم
Terjemah : dari Abu Hurairah rodhiyallohu anhu bahwa Nabi Muhammad saw membaca doa qunut setelah ruku’ selama sebulan untuk mendoakan si fulan dan fulan, kemudian beliau meninggalkan doa tersebut. (HR.Bukhori Muslim)
Dalil yang ketiga :
وعن سعد بن طارق قال " قلت لأبي يا أبي إنك قد صليت خلف رسول الله صلي الله تعالي عليه وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان وعلي فكانوا يقنتون في الفجر فقال أي بني فحدث " رواه النسائي والترمذي وقال حديث حسن صحيح
Terjemah : dari Sa’ad bin Thoriq beliau berkata : aku bertanya kepada ayahku, wahai ayahku, sesungguhnya engkau telah sholat bersama Rosululloh saw, abu bakr, umar, utsman dan ali. Apakah mereka membaca doa qunut pada waktu fajar? Kemudian dijawab : wahai anakku itu termasuk perbuatan baru. ( HR. Nasai dan Tirmidzi. Beliau mengatakan hadits ini Hasan Shohih)
Dalil yang keempat :
وعن ابن مسعود رضي الله عنه قال " ما قنت رسول الله صلى الله عليه وسلم في شئ من صلاته
Terjemah : dari ibnu Mas’ud ridhiyallohu anhu beliau berkata : Rosululloh saw tidak pernah membaca doa qunut dalam sholatnya.
Dalil yang kelima :
وعن أبي مخلد قال صليت مع ابن عمر رضي الله تعالى عنهما الصبح فلم يقنت فقلت له ألا أراك تقنت فقال ما احفظه عن احمد من أصحابنا
Terjemah : dari abu mukhlid beliau berkata : aku sholat shubuh bersama ibnu umar rodhiyallohu anhuma dan beliau tidak membaca doa qunut. Maka aku bertanya kepadanya : mengapa engkau tidak berqunut? Kemudian beliau berkata : saya tidak menghafalnya.
Dalil yang keenam :
وعن ابن عباس رضي الله عنهما " القنوت في الصبح بدعة
Terjemah : dari Ibnu Abbas rodhiyallohu anhuma beliau berkata : Qunut dalam sholat shubuh itu Bid’ah.
Dalil yang ketujuh :
وعن أم سلمة " عن النبي صلى الله تعالي عليه وسلم أنه نهى عن القنوت في الصبح " رواه البيهقي
Terjemah : dari Ummu Salamah, dari nabi Muhammad saw bahwa beliau melarang qunut dalam sholat shubuh. (HR.Baihaqi)
Inilah dalil-dalil yang digunakan madzhab hanafi dan hanbali untuk menguatkan pendapat mereka yang mengatakan qunut shubuh itu tidak disyariatkan atau bid’ah. Bahkan mereka juga mengatakan bahwa dalil-dalil yang menetapkan qunut shubuh itu telah dimansukh (dihapus) hukumnya.
Jawaban Al-Imam An-Nawawi
Selanjutnya mari kita simak jawaban dari Al-Imam An-Nawawi mengenai dalil-dalil yang digunakan oleh madzhab hanafi dan hanbali diatas tadi. Berikut ini perkataan Al-Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab juz 3 halaman 504 :
واحتج أصحابنا بحديث أنس رضي الله عنه " أن النبي صلى الله تعالي عليه وسلم قنت شهرا يدعوا عليهم ثم ترك فأما في الصبح فلم يزل يقنت حتى فارق الدنيا " حديث صحيح رواه جماعة من الحفاظ وصححوه وممن نص على صحته الحافظ أبو عبد الله محمد بن علي البلخي والحاكم أبو عبد الله في مواضع من كتبه والبيهقي ورواه الدارقطني من طرق بأسانيد صحيحة وعن العوام بن حمزة قال " سألت أبا عثمان عن القنوت في الصبح قال بعد الركوع قلت عمن قال عن أبي بكر وعمر وعثمان رضي الله تعالى عنهم " رواه البيهقي وقال هذا إسناد حسن ورواه البيهقي عن عمر أيضا من طرق وعن عبد الله بن معقل - بفتح الميم وإسكان العين المهملة وكسر القاف - التابعي قال " قنت علي رضي الله عنه في الفجر " رواه البيهقي وقال هذا عن علي صحيح مشهور. ( المجموع, ج : 3, ص : 505
Terjemah : dan ashabuna berhujjah dengan hadits Anas rodhiyallohu anhu bahwa nabi Muhammad saw membaca doa qunut selama satu bulan untuk mendoakan suatu kaum, kemudian beliau meninggalkannya. Adapun qunut dalam shubuh beliau tetap berqunutan sampai beliau meninggal dunia. Hadits ini hadits shohih yang diriwayatkan oleh para huffadz dan mereka juga menshohihkan hadits ini. Diantara yang menshohihkan hadits tersebut adalah Al-hafidz Abu abdillah muhammad bin ali, Al-hakim abu abdillah, Al-baihaqi dan Daruqutni. Dan dari Al-awwam bin hamzah berkata : saya bertanya kepada abu utsman tentang qunut shubuh. Beliau jawab : qunut itu setelah ruku’ dan ini dari Abu bakr, Umar dan Utsman Rodhiyallohu anhum. Ini riwayat Al-baihaqi dengan sanad yang shohih. Dan diriwayatkan juga dengan sanad shohih dan masyhur bahwa sahabat Ali berqunutan pada sholat shubuh juga.
Selanjutnya Al-Imam An-Nawawi menjawab tujuh buah hadits yang digunakan madzhab hanafi dan hanbali tadi :
وأما الجواب عن حديث أنس وأبي هريرة رضي الله عنهما في قوله ثم تركه فالمراد ترك الدعاء على أولئك الكفار ولعنتهم فقط لا ترك جميع القنوت أو ترك القنوت في غير الصبح وهذا التأويل متعين لأن حديث أنس في قوله " لم يزل يقنت في الصبح حتى فارق الدنيا " صحيح صريح فيجب الجمع بينهما وهذا الذي ذكرناه متعين للجمع وقد روى البيهقي بإسناده عن عبد الرحمن بن مهدي الإمام أنه قال إنما ترك اللعن ويوضح هذا التأويل رواية أبي هريرة السابقة وهي قوله " ثم ترك الدعاء لهم
Terjemah : adapun untuk menjawab hadits Anas dan abu hurairah rodhiyallohu anhum mengenai lafadz “kemudian beliau meninggalkannya” maka maksudnya adalah meninggalkan doa laknat atas mereka saja. Bukan meninggalkan semua qunut atau juga maksudnya adalah meninggalkan qunut tapi qunut yang ada pada selain shubuh. Karena ini sesuai dengan hadits Anas pada lafadz “ rosululloh saw senantiasa berqunut shubuh sampai beliau meninggal dunia”. Hadits ini shohih dan sangat jelas sekali. Maka wajib untuk menggabungkan antara dua dalil tersebut. Al-baihaqi juga menyebutkan bahwa maksudnya adalah meninggalkan laknat sebagimana hadits abu hurairah.
Al-Imam Asy-Syafi’iy ketika menjelaskan lafadz hadits “ثم تركه “ beliau mengatakan bahwa maknanya adalah meninggalkan doa laknat dan meninggalkan doa qunut di selain shubuh.
والجواب عن حديث سعد بن طارق أن رواية الذين اثبتوا القنوت معهم زيادة علم وهم أكثر فوجب تقديمهم
Terjemah : dan untuk menjawab hadits Sa’ad bin Thoriq adalah bahwa riwayat yang menetapkan qunut adalah tambahan ilmu. Dan perawinya lebih banyak. Maka wajib mendahulukan riwayat mereka.
Coba perhatikan kalam Al-Imam An-Nawawi diatas. Beliau nampak nya menggunakan kaidah ushul fiqh “ Al-Mutsbit muqoddamun ‘alaa An-Naafi”. Jadi ketika ada dua dalil yang bertentangan dan sama sama shohih dimana yang satu menetapkan qunut dan yang satu meniadakan qunut maka yang dimenangkan adalah hadits yang menetapkan qunut.
وعن حديث ابن مسعود أنه ضعيف جدا لأنه من رواية محمد بن جابر السحمى وهو شديد الضعف متروك ولأنه نفي وحديث أنس إثبات فقدم لزيادة العلم
Terjemah : adapun hadits ibnu mas’ud adalah hadits dhoif dan lemah sekali. Karena riwayat dari muhammad bin jabir as-sahmi. Dia adalah seorang yang dhoif dan matruk. Dan juga hadits ini adalah hadits yang meniadakan qunut sedangkan hadits Anas adalah hadits yang menetapkan qunut. Maka hadits anas diutamakan dan didahulukan liziyadatil ilm.
وحديث ابن عمر أنه لم يحفظه أو نسيه وقد حفظه أنس والبراء بن عازب وغيرهما فقدم من حفظ
Terjemah : adapun hadits ibnu umar bahwa beliau tidak hafal qunut atau karena beliau lupa maka cukup dengan riwayat bahwa anas dan al-barro’ bin azib telah menghafalnya. Kemudian riwayat ini diutamakan.
وعن حديث ابن عباس أنه ضعيف جدا وقد رواه البيهقي من رواية أبي ليلى الكوفي وقال هذا لا يصح وأبو ليلى متروك وقد روينا عن ابن عباس أنه " قنت في الصبح
Terjemah : adapun hadits ibnu abbas adalah hadits yang sangat dhoif. Hadits ini diriwayatkan oleh Al-baihaqi dan beliau mengatakan haditsnya tidak shohih. Kerena hadits Ibnu abbas yang kami riwayatkan adalah beliau berqunut pada sholat shubuh.
وعن حديث أم سلمة أنه ضعيف لأنه من رواية محمد بن يعلى عن عنبسة بن عبد الرحمن عن عبد الله بن نافع عن ابيه عن ام سلمة قال الدارقطني هؤلاء الثلاثة ضعفاء ولا يصح لنافع سماع من أم سلمة والله أعلم
Terjemah : adapun hadits Ummu salamah adalah hadits dhoif karena dari riwayat muhammad bin ya’la dari anbasah bin abdurrohman dari abdulloh bin nafi’ dari ayahnya dari ummu salamah. Daruqutni mengatakan mereka semua itu adalah perawi yang dhoif dan tidak shohih bahwa nafi mendengar dari ummu salamah. Wallhu alam.
Kedudukan hadits Anas Bin Malik
Sebenarnya inti dari pembahasan qunut shubuh ini adalah perbedaan ulama dalam menggunakan kaidah ushul fiqh (al-mutsbit, an-nafiy, nasakh, mansukh) dan juga perbedaan dalam menilai sebuah hadits.
Ternyata memang nanti ada sebuah hadits qunut shubuh yang dinilai oleh sebagian ulama sabagai hadits dhoif namun oleh sabagian ulama lainnya justru dinilai sebagai hadits yang shohih. Hadits tersebut adalah haditsnya Anas bin malik sebagai berikut :
عن أنس بن مالك قال: أن النبي صلى الله عليه وسلم قنت شهرا يدعو عليهم ثم تركه, فأما في الصبح فلم يزل يقنت حتى فارق الدنيا
Terjemah : dari Anas bin Malik beliau berkata : bahwasanya Rosululloh SAW membaca doa qunut selama sebulan mendoakan mereka,kemudian beliau meninggalkannya. Adapun pada sholat shubuh maka Nabi SAW senantiasa membaca doa qunut sampai beliau meninggal dunia.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqi, dari Muhammad bin Abdullah Al-Hafidz, dari Bakr bin Muhammad As-Shairafi, dari Ahmad bin Muhammad bin Isa, dari Abu Na'im, dari Abu Ja'far Ar-Razi, dari Rabi' bin Anas, dari Anas, dari Rasulullah SAW.
Adapun derajat hadits ini dinyatakan shahih menurut beberapa ulama hadits, di antaranya : Al-Hafidz Abu Abdillah Muhammad bin Ali Al-Balkhi bahwa sanad ini shahih dan para rawinya tsiqah. Dan juga Al-Hakim dalam kitab Al-Arbainnya berkata bahwa hadits ini shahih. Diriwayatkan juga oleh Ad-Daruquthni dengan sanad yang shahih. Dan tentunya Al-Imam Asy-Syafi’iy sebagai pendiri madzhab syafi’iy sekaligus seorang ahli hadits terkemuka juga ikut menshohihkan hadits anas tersebut.
Meskipun ada juga ulama yang mendhaifkan hadits ini dengan alasan adanya Abu Ja'far Ar-Razi. Diantaranya adalah Ibnul Jauzi mendhaifkan hadits ini. Namun Al-Mulaqqan mengatakan bahwa pendhaifan ini tidak bisa diterima, karena menyendirinya Ibnul Jauzi dalam pentadh’ifan.Syaikh Al-Albani juga mendhaifkan hadits ini dan mengatakan bahwa hadits itu termasuk hadits munkar.
Al-Imam An-Nawawi menyebutkan bahwa di dalam riwayat hadits Al-Baihaqi lebih jelas lagi disebutkan perbedaan antara doa qunut dan doa keburukan kepada suatu kaum. Jelas sekali bahwa yang dimaksud bahwa Rasulullah SAW melakukannya selama sebulan kemudian beliau meninggalkannya dan itu bukan qunutnya, melainkan doa keburukan atas suatu kaum.
Kesimpulannya, doa qunut tetap dilakukan hingga Rasulullah SAW meninggal dunia, dan yang beliau tinggalkan itu hanyalah doa keburukan saja.
Kurang lebih itulah jawaban dari Al-Imam An-Nawawi yaitu bahwa hadits tentang qunut shubuhnya Rasulullah SAW adalah hadits yang shahih. Sanadnya tersambung sampai kepada Rasulullah SAW dan para perawinya adalah orang-orang yang terpercaya dan tsiqah. Maka kesimpulan dari mazhab syafi’iy adalah bahwa Qunut dalam sholat shubuh itu hukumnya sunnah. Maka jika tidak dikerjakan justru ini menyalahi sunnah nabi dan menyalahi sifat shalat nabi Muhammad SAW. Wallohu A’lam.
by. Muhammad Ajib, Lc., MA
https://www.rumahfiqih.com/fikrah/373
Komentar
Posting Komentar